Penyakit Virus Ebola Marburg juga dikenal dengan penyakit Demam Berdarah Afrika, Penyakit Virus Marburg, Demam Berdarah Virus Ebola. Penyakit Virus Ebola Marburg Merupakan salah satu penyakit yang mematikan dan penularan dapat terjadi pada semua umur.
Antibody dan obat untuk Penyakit Virus Ebola Marburg telah ditemukan namun penanganan pada penderita harus secepat mungkin, Karena penyakit ini termasuk menular dan mematikan.
Antibody dan obat untuk Penyakit Virus Ebola Marburg telah ditemukan namun penanganan pada penderita harus secepat mungkin, Karena penyakit ini termasuk menular dan mematikan.
1. Identifikasi Penyakit Virus Ebola Marburg
Yaitu penyakit yang ditandai dengan gejala akut yang parah dan diikuti demam mendadak, kelemahan, nyeri otot, sakit kepala serta faringitis, muntah, diare dan ruam makulopapuler. Sering diikuti dengan diatesa hemoragia disertai dengan kerusakan hati, gagal ginjal, kerusakan otak berat disertai dengan kegagalan fungsi multiorgan. Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan limfopeni, trombositopenia dan peningkatan kadar transaminase (AST lebih banyak daripada ALT), kadang diikuti hiperamilasemia. Selanjutnya sekitar 25% kasus primer dari Marburg virus berakibat fatal; CFR infeksi Ebola di Afrika berkisar antara 50-90%.
Diagnosa ditegakkan dengan pemeriksaan Elisa terhadap antibodi Ig G (adanya antibodi lg M sebagai tanda infeksi baru); dengan tes Elisa dapat dideteksi antigen dalam darah, serum atau organ homogenitas; dapat juga dengan PCR dengan tes IFA menggunakan antibodi monoklonal dapat ditemukan antigen virus didalam sel hati; dengan isolasi virus pada kultur sel pada marmut.
Virus kadang-kadang dapat dilihat dengan preparat irisan hati dengan menggunakan Electron Microscope (EM). Diagnosa postmortem melalui uji Immunohistochemical dari biopsi kulit yang difiksasi dengan formalin dapat juga dilakukan. Tes IFA terhadap antibodi sering salah terutama dalam survei serologis untuk membuktikan adanya infeksi masa lalu. Pengamanan terhadap masyarakat, petugas dan staf laboratorium dari infeksi Ebola harus benar-benar dilakukan (BSL-4= Biosafety Level-4), oleh karena virus ini sangat menular dan berbahaya.
2. Penyebab Penyakit Virus Ebola Marburg
Virion Marburg berdiameter 80nm dengan panjang 790 nm sedangkan virion Ebola berdiameter 80 nm dengan panjang 970 nm termasuk filoviridae. Dengan ukuran yang lebih panjang, struktur yang berhubungan dengan virion yang berbentuk aneh, bercabang, melingkar mencapai panjang sampai 10 nm.
Virus Marburg memiliki antigen berbeda dengan Ebola. Strain Ebola dari Republik Demokratik Kongo (Zaire), Pantai Gading, Gabon dan Sudan menyebabkan penyakit pada manusia. Strain keempat dari Ebola yaitu Reston dapat menyebabkan penyakit perdarahan fatal pada primata, namun infeksi dapat terjadi juga pada manusia dengan gejala yang asimtomatik.
3. Distribusi Penyakit Virus Ebola Marburg
Tahun 1967 penyakit Marburg telah dilaporkan dalam 6 kali kejadian di Jerman dan Yugoslavia dengan total kasus sebanyak 31 orang (7 orang meninggal) karena terinfeksi melalui monyet hijau Afrika (Cercopithecus aethiops) dari Uganda; tahun 1975 3 kasus indeks yang fatal ditemukan di Afrika Selatan yang berasal dari Zimbabwe; tahun 1980 ditemukan 2 orang penderita di Kenya, 1 orang meninggal; pada tahun 1982: 1 orang penderita lagi ditemukan di Zimbabwe dan pada tahun 1987 1 kasus fatal terjadi di Kenya. Tahun 1999 di Republik Demokratik Kongo sedikitnya 3 kasus fatal akibat Marburg telah dilaporkan berasal dari 70 kasus yang dicurigai sebagai demam berdarah yang disebabkan virus.
Tahun 1976 penyakit Ebola dilaporkan pertama kali di bagian barat salah satu propinsi di Sudan dan di Zaire yang berjarak sekitar 500 mil dari propinsi tersebut. Saat itu dirawat di rumah sakit dengan CFR mencapai 70%. Kemudian pada daerah yang sama di Sudan pada tahun 1979 terjadi lagi KLB Ebola. Strain virus berbeda ditemukan dari seorang penderita dan dari simpanse pada tahun 1994 di Pantai Gading. Kemudian di sekitar Kitwit, Zaire terjadi KLB besar Ebola pada tahun 1995. Di Gabon pada tahun 1996-1997 terjadi 2 kali KLB dengan jumlah kasus sebanyak 96 orang dengan kematian 68 orang.
Antibodi FA telah ditemukan dikalangan penduduk yang bermukim di daerah sekitar Sub Sahara Afrika namun hubungannya dengan virus Ebola yang virulen tidak diketahui.
Filovirus dikaitkan dengan Ebola diisolasi dari monyet cynomolgus (Macaca fascicularis) yang diekspor dari Filipina ke Amerika Serikat pada tahun 1989, 1990, 1996 dan yang diekspor ke Itali pada tahun 1992; pada waktu itu banyak monyet yang mati. Empat dari lima orang petugas yang sehari-harinya menangani monyet tersebut dalam darahnya ditemukan entibodi spesifik tanpa ada gejala sakit atau demam sebelumnya.
4. Reservoir Penyakit Virus Ebola Marburg
Belum diketahui dan masih dalam penelitian yang ekstensif.
5. Cara Penularan Penyakit Virus Ebola Marburg
Penularan dari orang ke orang dapat terjadi karena kontak langsung melalui darah, sekret, organ dan semen yang terinfeksi. Risiko penularah tertinggi terjadi selama stadium lanjut dari penyakit pada saat penderita muntah, diare, atau mengalami perdarahan. Sedangkan risiko selama masa inkubasi adalah rendah. Pada kondisi alami penularan melalui udara pada manusia belum pernah dilaporkan. Infeksi nosokomial sering terjadi; sebagai gambaran semua penderita Ebola (Zaire) terjadi karena terpajan alat suntik dan jarum yang tercemar dan semua penderita meninggal.
Penularan melalui semen pernah ditemukan setelah 7 minggu si penderita sembuh.
6. Masa Inkubasi Penyakit Virus Ebola Marburg
Masa inkubasi 3 – 9 hari untuk virus Marburg dan 2-21 hari untuk Ebola.
7. Masa Penularan Penyakit Virus Ebola Marburg
Masa penularan dapat terjadi selama darah dan cairan tubuh mengandung virus. Lebih dari 30% sukarelawan/perawat yang merawat penderita di Sudan terinfeksi, sedangkan sebagian besar kontak di rumah tidak terinfeksi. Virus Ebola dapat diisolasi dari cairan pada hari ke-61 dan tidak ditemukan pada hari ke-76 dan hari pertama sakit pada penderita yang tertular di laboratorium.
8. Kerentanan dan Kekebalan Pada Penyakit Virus Ebola Marburg
Virion Marburg berdiameter 80nm dengan panjang 790 nm sedangkan virion Ebola berdiameter 80 nm dengan panjang 970 nm termasuk filoviridae. Dengan ukuran yang lebih panjang, struktur yang berhubungan dengan virion yang berbentuk aneh, bercabang, melingkar mencapai panjang sampai 10 nm.
Virus Marburg memiliki antigen berbeda dengan Ebola. Strain Ebola dari Republik Demokratik Kongo (Zaire), Pantai Gading, Gabon dan Sudan menyebabkan penyakit pada manusia. Strain keempat dari Ebola yaitu Reston dapat menyebabkan penyakit perdarahan fatal pada primata, namun infeksi dapat terjadi juga pada manusia dengan gejala yang asimtomatik.
3. Distribusi Penyakit Virus Ebola Marburg
Tahun 1967 penyakit Marburg telah dilaporkan dalam 6 kali kejadian di Jerman dan Yugoslavia dengan total kasus sebanyak 31 orang (7 orang meninggal) karena terinfeksi melalui monyet hijau Afrika (Cercopithecus aethiops) dari Uganda; tahun 1975 3 kasus indeks yang fatal ditemukan di Afrika Selatan yang berasal dari Zimbabwe; tahun 1980 ditemukan 2 orang penderita di Kenya, 1 orang meninggal; pada tahun 1982: 1 orang penderita lagi ditemukan di Zimbabwe dan pada tahun 1987 1 kasus fatal terjadi di Kenya. Tahun 1999 di Republik Demokratik Kongo sedikitnya 3 kasus fatal akibat Marburg telah dilaporkan berasal dari 70 kasus yang dicurigai sebagai demam berdarah yang disebabkan virus.
Tahun 1976 penyakit Ebola dilaporkan pertama kali di bagian barat salah satu propinsi di Sudan dan di Zaire yang berjarak sekitar 500 mil dari propinsi tersebut. Saat itu dirawat di rumah sakit dengan CFR mencapai 70%. Kemudian pada daerah yang sama di Sudan pada tahun 1979 terjadi lagi KLB Ebola. Strain virus berbeda ditemukan dari seorang penderita dan dari simpanse pada tahun 1994 di Pantai Gading. Kemudian di sekitar Kitwit, Zaire terjadi KLB besar Ebola pada tahun 1995. Di Gabon pada tahun 1996-1997 terjadi 2 kali KLB dengan jumlah kasus sebanyak 96 orang dengan kematian 68 orang.
Antibodi FA telah ditemukan dikalangan penduduk yang bermukim di daerah sekitar Sub Sahara Afrika namun hubungannya dengan virus Ebola yang virulen tidak diketahui.
Filovirus dikaitkan dengan Ebola diisolasi dari monyet cynomolgus (Macaca fascicularis) yang diekspor dari Filipina ke Amerika Serikat pada tahun 1989, 1990, 1996 dan yang diekspor ke Itali pada tahun 1992; pada waktu itu banyak monyet yang mati. Empat dari lima orang petugas yang sehari-harinya menangani monyet tersebut dalam darahnya ditemukan entibodi spesifik tanpa ada gejala sakit atau demam sebelumnya.
4. Reservoir Penyakit Virus Ebola Marburg
Belum diketahui dan masih dalam penelitian yang ekstensif.
5. Cara Penularan Penyakit Virus Ebola Marburg
Penularan dari orang ke orang dapat terjadi karena kontak langsung melalui darah, sekret, organ dan semen yang terinfeksi. Risiko penularah tertinggi terjadi selama stadium lanjut dari penyakit pada saat penderita muntah, diare, atau mengalami perdarahan. Sedangkan risiko selama masa inkubasi adalah rendah. Pada kondisi alami penularan melalui udara pada manusia belum pernah dilaporkan. Infeksi nosokomial sering terjadi; sebagai gambaran semua penderita Ebola (Zaire) terjadi karena terpajan alat suntik dan jarum yang tercemar dan semua penderita meninggal.
Penularan melalui semen pernah ditemukan setelah 7 minggu si penderita sembuh.
6. Masa Inkubasi Penyakit Virus Ebola Marburg
Masa inkubasi 3 – 9 hari untuk virus Marburg dan 2-21 hari untuk Ebola.
7. Masa Penularan Penyakit Virus Ebola Marburg
Masa penularan dapat terjadi selama darah dan cairan tubuh mengandung virus. Lebih dari 30% sukarelawan/perawat yang merawat penderita di Sudan terinfeksi, sedangkan sebagian besar kontak di rumah tidak terinfeksi. Virus Ebola dapat diisolasi dari cairan pada hari ke-61 dan tidak ditemukan pada hari ke-76 dan hari pertama sakit pada penderita yang tertular di laboratorium.
8. Kerentanan dan Kekebalan Pada Penyakit Virus Ebola Marburg
Semua umur rentan terhadap Ebola.
9. Cara-cara Pemberantasan Penyakit Virus Ebola Marburg
A. Upaya Pencegahan : Lakukan upaya pemberantasan binatang pengerat secara spesifik
B. Pengawasan penderita, kontak dan lingkungan sekitar
1). Laporan kepada instansi kesehatan setempat: Kasus individu harus dilaporkan, Kelas 2A
2). Isolasi: segera lakukan isolasi di ruangan terpisah di RS yang bebas dari lalu lalang manusia. Staf dan orang yang tidak berkepentingan dilarang masuk. Karena insidensi infeksi nosokomial rendah, seperti yang dilaporkan dari RS di Afrika maka penderita tidak perlu dirawat di Unit isolasi khusus. Namun kalau terjadi infeksi nosokomial maka prosedur ketat kewaspadaan universal terhadap cairan tubuh dan ekskreta harus dilaksanakan. Perlu disediakan ruang perawatan dengan tekanan negatif dan sediakan juga PPE (Personel Protection Equipment)
3). Disinfeksi serentak : ekskreta, sputum, darah dari pasien dan semua benda-benda yang telah kontak dengan pasien termasuk alat-alat laboratorium yang telah digunakan untuk pemeriksaan darah harus didesinfesikan dengan cairan 0,5% sodium hipoklorit atau phenol 0,5% dengan deterjen dan bila memungkinkan lakukkan pemanasan dengan suhu yang tepat seperti dengan otoklaving, insenerator atau merebus.
Pemeriksaan laboratorium harus dilaksanakan pada fasilitas khusus dengan derajat keamanan yang tinggi. Jika tidak tersedia fasilitas tersebut, maka pemeriksaan harus dilaksanakan dengan prosedur yang minimal dengan menggunakan peralatan untuk kewaspadaan universal yang ada seperti sarung tangan dan biological safety cabinet. Apabila memungkinkan serum dipanaskan pada suhu 60oC (140oF) selama 1 jam. Di AS, laboratorium yang portable, bersama-sama dengan tenaga teknisian laboratorium, dapat diperoleh dari CDC Atlanta, GA. Disinfeksi menyeluruh dan seksama dengan cairan sodium hipoklorit 0,5% atau dengan phenol sudah mencukupi. Sedangkan fumigasi dengan formaldehid dapat dipertimbangkan untuk dilakukan.
4). Karantina: Hanya kegiatan Surveilans yang direkomendasikan untuk dilakukan terhadap kontak dekat.
5). Imunisasi kontak : tidak ada
6). Investigasi kontak dan sumber infeksi: Lakukan identifikasi terhadap semua kontak dekat (dengan siapa mereka tinggal, mereka yang merawat, asal spesimen laboratorium dari penderita atau dari mereka yang kontak dengan pasien) paling sedikit dalam 3 minggu. Lakukan tindakan surveilans yang ketat terhadap kontak sebagai berikut : periksa suhu tubuh paling tidak 2 kali sehari selama paling tidak 3 kali seminggu setelah terpajan. Bila suhunya diatas 38,3 0C (101 0F), segera dibawa ke RS untuk dirawat dengan isolasi ketat. Cari tahu tempat tinggal pasien selama 3 minggu sebelum terinfeksi dan lakukan penyelidikan terhadap kasus yang tidak dilaporkan atau yang tidak terdiagnosa.
7). Pengobatan spesifik : Ribavirin (Virazole®, paling efektif kalau diberikan dalam 6 hari pertama sakit diberikan melalui intravena, pada awalnya 30 mg/kg BB, kemudian 15 mg/kg BB setiap 6 jam selama 4 hari, 8 mg/kg BB setiap 8 jam dalam 6 hari berikutnya sebagai tambahan.
8). Larangan melakukan hubungan seks selama 3 bulan atau sampai hasil pemeriksaan semen menunjukkan bebas virus tersebut.
C. Upaya Penanggulangan Wabah : Tidak dilakukan
D. Implikasi bencana: Mastomys banyak ditemukan didalam rumah dan digudang tempat penyimpanan bahan makanan. Apabila jumlahnya meningkat akan meningkatkan risiko terjadinya penularan pada manusia.
E. Tindakan Internasional: Lakukan notifikasi negara asal penderita dan kepada negara tujuan apabila ditemukan penderita dikalangan para wisatawan. Hal ini dilakukan untuk pencegahan penularan.
Sumber: Manual Pemberantasan Penyakit Menular (MPPM) Edisi 17 Tahun 2000
0 komentar:
Post a Comment